Thursday 8 December 2016

Special needs School: Between us and them




Sekolah Luar Biasa: Antara kita dan mereka.
(Special needs School: Between us and them)


Apa yang dimaksud dengan SLB?

Benar sekali SLB merupakan singkatan dari Sekolah Luar Biasa, yakni sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tuna daksa, tunalaras, kesulitan belajar, autisme dll.


Anak Berkebutuhan Khusus  (ABK) adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak-anak ini memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umunya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Berikut jenis-jenis anak berkebutuhan khusus


1.   Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. Karena memiliki gangguan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat.

Ciri-ciri tunarungu :
Ø  kemampuan bahasanya terlambat
Ø  Tidak bisa mendengar
Ø  Lebih sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
Ø  Perkataan yang diucapkan tidak begitu jelas


2.     Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.

Tunanetra dibagi 2 kelompok :
Ø  Buta total : tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat digunakan untuk orientasi mobilitas.
Ø  Low vision (kurang penglihatan) : mereka yang bila melihat sesuatu harus didekatkan atau dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang mimiliki pemandangan kabur ketika melihat objek.

Klasifikasi anak tunanetra :
ü  Myopia : penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.
ü  Hyperopia : penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
ü  Astigmatisme : penyimpanan atau penglihatan kabur yang disebabkan ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata, sehingga bayangan benda, baik pada jarak dekat maupun jauh, tidak terfokus jatuh pada retina atau menggunakan kacamata koreksi dengan lensa silinder.



3.   Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.

Ciri-ciri tunadaksa :
Ø  Anggota gerak tubuh tidak bisa digerakkan/lemah/kaku/lumpuh
Ø  Setiap bergerak mengalami kesulitan
Ø  Tidak meiliki anggota gerak lengkap
Ø  Tidak dapat tenang
Ø  Terdapat anggota gerak yang tidak sama dengan keadaan normal pada umumnya.


4.   Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan.

Ciri-ciri tunagrahita :
Ø  Penampilan fisik tidak seimbang
Ø  Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya
Ø  Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahas
Ø  Cuek terhadap lingkungan, dll


5.    Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Ciri-ciri tunalaras :
Ø  Berani melanggar aturan yang berlaku,
Ø  Mudah emosi,
Ø  Suka melakukan tindakan yang agresif



6.    Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan.



7.    Autis
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komikasi secara normal. Secara Neurologis atau berhubugan dengan sistem persarafan. Autis dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hembatan perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial dan fantasi.



Berikut pengalaman saya setelah mengunjungi sebuah sekolah luar biasa dikota saya di provinsi Bengkulu.



Gambar 1.1 Saya (seb.kiri)



Pada akhir tahun 2016 tepatnya di awal bulan Desember, saya mengunjungi sebuah sekolah luar biasa yang berada di kota kecil dimana saya tinggal. Banyak sekali hal-hal menarik yang saya temui disana. Seketika itu juga saya sadar bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mereka benar-benar membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang sekitarnya. Mereka layaknya anak-anak normal (namun juga berbeda), mengobrol, tertawa, bermain kesana kemari dan itu merupakan pengalaman mahal yang sangat membekas dihati saya.





Gambar 1.2 salah satu siswi berkebutuhan khusus



Dulu saya berasumsi bahwasanya anak-anak dengan kebutuhan khusus mereka berbeda, memang mereka berbeda, apa yang saya maksudkan berbeda adalah mereka memiliki dunia sendiri yang bahkan orang-orang normal tidak akan mampu memasukinya. Saya berfikir mereka memiliki sekat yang membatasi dirinya dan lingkungan sekitar sehingga saya dengan bangga tidak ingin dan tidak mau mendekati sekat itu. Tetapi asumsi tersebut segera terpatahkan ketika saya melihat mereka.

Mereka layaknya anak-anak normal, mereka menegur sapa satu sama lain bahkan mengur saya, orang asing yang tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka layaknya anak-anak normal dengan beragam karakteristik. Ada yang begitu ramahnya menyapa saya, ada yang tidak ingin menatap wajah saya, ada yang tidak perduli dengan kehadiran saya, bahkan ada yang menganggukan kepalanya ketika saya berpapasan bola mata dengannya layaknya seorang suku Jawa yang menunjukkan sikap perilaku hormat dan patuh kepada orang yang lebih tua. Sungguh menarik. Tuhan yang maha adil, mereka berbeda, sangat berbeda.

Perilaku berbeda pertama yang saya temui, seorang anak saat itu menghampiri anak yang lain, keduanya merupakan anak laki-laki. Salah satu anak ini duduk dan mendekati anak yang lainnya, mereka saling bertatapan, tersenyum satu sama lain, kemudian mereka berangkulan lama sekali. Aku sedikit shock melihat ini, aku berfikir mereka aneh ya Tuhan. Namun belakangan aku tahu bahwa hal itu merupakan salah satu cara yang mereka gunakan dalam mengungkapkan rasa sayang kepada sesama teman.

“Ah hal biasa itu. Dia sayang sama temannya.” kata salah seorang guru yang luar biasa.



Gambar 1.3 suasana kelas sekolah luar biasa


Perilaku berbeda lainnya yang saya temui yakni ketika salah satu anak perempuan terlihat bersedih saat teman satu bangkunya terserang flu sehingga ia dengan polosnya menyeka lapisan mukosa (maaf ingus) anak lainnya, ia bahkan tak sedikitpun terlihat jijik atau apapun. Tuhan mereka begitu lugunya.
Ketika sang guru melihat hal tersebut dengan sigap ia segera meraih sapu tangan dari anak lainnya dan menyeka kehidung anak tersebut. Tidak ada kesenjangan, tidak ada rasa kesal, tidak ada cibiran, semua penuh rasa kasih sayang. Benar-benar salut, pemandangan yang istimewa.

Bahkan ketika saya beranjak dari sekolah tersebut saya melihat dua orang anak berada di koridor sekolah, mereka duduk berhadapan tanpa suara. Anda benar mereka tunawicara. Mereka tampak menikmati obrolan mereka, apa yang mereka bicarakan? Saya tak mampu menduga.

Pemandangan tak biasa lain yang saya temui adalah terdapatnya pipa-pipa baja yang melintang lurus hampir melekat pada dinding sekolah, ukurannya sekitaran pinggang orang dewasa. Pipa tersebut berfungsi sebagai media raba bagi tunanetra. Semua sudah diperhitungkan.

Apapun keadaan mereka saya sadar saya pernah berpikiran dangkal, menganggap mereka tak seistimewa itu. Dengan pola pikir yang sungguh cetek saya baru sadar bahwa mereka juga layaknya manusia normal, memiliki perasaan. Sungguh pengalaman yang berharga, tak ternilai.***




No comments:

Post a Comment